Senin, 14 Mei 2012

Still believe,,,


40 tahun “Stairway To Heaven” Led Zeppelin,Sebuah Misteri Rock

8 November 2011  kemaren lagu Stairway To Heaven dari Led Zeppelin genap berusia 40 tahun.Banyak hal hal istimewa yang bisa dicatat pada lagu yang ditulis oleh Jimmy Page dan Robert Plant itu.Penafsiran terhadap karya Led Zeppelin yang kerap disebut epic ini kian merajalela mulai dari saat lagu ini dirilis pertamakali pada 8 November 1971 pada album Led Zeppelin IV “Zoso”   hingga saat sekarang ini.

Meskipun “Stairway To Heaven” tidak pernah dirilis secara resmi sebagai single,tapi lagu ini kerap di putar di radio-radio seantero jagad nyaris dalam 4 dasawarsa.Adapun piringan hitam single “Stairway To Heaven” yang menjadi inceran para kolektor itu sebetulnya hanya dicetak terbatas untuk kepentingan promosi di radio-radio.Silakan lihat foto single Stairway To Heaven yang saya taruh disini Stairway To Heaven memang tak pernah masuk dalam chart lagu tetapi kumandangnya menggaung kemana-mana.
Namun pada 13 November 2007,single “Stairway To Heaven” dirilis secara resmi dalam digital download legal.Dan akhirnya lagu epic rock ini ,untuk pertamakali masuk dalam UK Singles chart.
Selain lagu dan musiknya yang menawan,kebanyakan orang tertarik untuk mentakwilkan makna dan arti dari lirik lagunya yang ditulis oleh Robert Plant.Pada era 70-an,kehebohan seringkali mencuat ketika para jurnalis rock senantiasa bertanya pada Robert Plant tentang apa makna yang sesungguhnya yang terkandung di dalam barisan lirik lagu “Stairway To Heaven” itu.
Pada bagian awal lirik lagu “Stairway To Heaven” seolah bertutur tentang seorang perempuan yang tengah mengumpulkan sejumlah uang ,sebagai sebuah solusi atau pencapaian atas beban hidupnya yang terasa berat dan hampir hampir tak berarti untuk masuk ke surga.Robert Plant agaknya hanya mau memaparkan secara gambling takwil lagu itu pada bahagian itu saja
Lagu “Stairway To Heaven” mulai dirancang sebagai lagu tepat pada awal tahun 70-an,disaat itu Led Zeppelin bermaksud untuk menulis sebuah lagu epic yang lebih dahsyat dibanding “Dazed and Confused” yang saat itu kerap dimuntahkan dalam setiap konser panggung Led Zeppelin.


Jimmy Page mengawali penggarapan lagu itu di rumahnya dengan menggunakan fasilitas olah rekam 8 track.Pagey melakukannnya dalam beberapa versi gitar yang berbeda.Di sekitar April 1970,Jimmy Page bertutur pada jurnalis rock bahwa Led Zeppelin tengah menggarap sebuah epic baru berdurasi sekitar 15 menitan yang memiliki klimaks yang terwakili oleh gebukan drum John Bonham yang belum pernah terdengar sebelumnya.


Lalu pada Oktober 1970,setelah menuntaskan tur Led Zeppelin  selama 18 bulan , pasangan composer Jimmy Page dan Robert Plant  mulai konsentrasi mengerjakan pembuatan lagu itu di sebuah cottage di Welsh dengan nama Bron –yr-Aur .Di bulan Desember Led Zeppelin mulai merekam lagu itu di Island Studios London.Mereka mulai merekam intro lagu itu berulang-ulang untuk mencapai sebuah kesempurnaan.Led Zeppelin memang ingin mencari sebuah titik kepuasan dalam merekam karya-karya rock mereka.Ini terlihat dengan bergonta-ganti studio yang mereka pakai untuk mencapai sebuah tingkat kepuasan maksimal.Led Zeppelin lalu pindah lagi ke Headley Grange di Liphook Road ,Headley,Hampshire.Di daerah ini,dengan menyewa studio mobile milik the Rolling Stones,Led Zeppelin merampungkan karya rock terbesar sepanjang zaman itu.Headley Grange adalah adalah sebuah bangunan artistik tanpa listrik namun memiliki akustik yang luar biasa.Led Zeppelin memilih tempat ini karena ingin berkonsentrasi penuh terhadap sesi rekaman dan tidak mau privacynya terganggu.Keadaaan disekitar sangat natural.Terlihat berkeliaran domba di sekitar bangunan tersebut.

 
Lirik pun tercetus dari benak Robert Plant yang seperti tersusupi ilham ketika tengah duduk bersama Jimmy Page di depan tungku api Headley Grange .Page lalu memetik gitar.Sebuah chord pun bergaung “Saat itu saya tengah memegang pensil dan kertas.Entah kenapa saya lagi merasa tidak mood saat itu.Tapi tanpa saya sadari,jari jemari saya malah menuliskan sederet lirik….. ‘There’s a lady who’s sure all that glitters is gold/And she’s buying a stairway to heaven.’ I just sat there and looked at the words and then I almost leapt out of my seat.”
Dalam pelbagai wawancara,Robert Plant selalu mengasumsikan bahwa saat menulis lirik Stairway To Heaven dia sama sekali tak bersemangat untuk menulis sebuah lirik lagu.”Tapi entah kenapa ada sesuatu yang kemudian menggerakkan jari jemari saya untuk menuliskan lirik dengan pensil itu” ungkap Robert Plant.
Nah dari pengakuan semacam inilah mungkin yang kemudian menjadikannya sebagai bukti telak bahwa lagu “Stairway To Heaven” itu justeru ditulis oleh iblis atau setan yang tengah merasuki diri Robert Plant.Karena dalam berbagai kesempatan teori ini dicoba dibuktikan kebenarannya dengan memutar terbalik (backward) piringan hitam “Stairway To Heaven” dan terdengar sebuah pesan satanic pada lirik lagu “Stairway To Heaven”.Termasuk mengaitkan keterkaitan Jimmy Page dengan aliran spiritual Aleister Crowley.
Sensasi itu kemudian berjalan seiring dengan popularitas Stairway to Heaven hingga menjadi sebuah lagu yang terkenal dan berubah menjadi lagu legendaris yang tetap hijau.
Fakta lain pun bermunculan manakala Jimmy Page kemudian rumah Aleister Crowley di Skotlandia,yang dikenal sebagai gereja iblis dengan nama The Toolhouse.Dalam berbagai bukunya,Crowley mengajarkan pengikutnya untuk mempelajari membaca dan berbicara terbalik (backward).
Robert Plant sendiri mengaku untuk penulisan lirik Stairway To Heaven ini, banyak dipengaruhi dari beberapa buku yang dibacanya antara lain “Magic Arts In Celtic Britain” nya  Lewis Spence .
Pada Januari 1982,Paul Crouch dalam sebuah acara TV mencoba menganalisa lagu Stairway To Heaven yang diduga keras mengandung elemen satanic pada liriknya jika lagu Stairway To Heaven itu diputar terbalik atau backward.Hal itu terdengar jelas terutama jika diputar terbalik pada saat Robert Plant menyanyikan lirik yang dibawah ini :
“ If there’s a bustle in your hedgerow, don’t be alarmed now…”)
Maka akan terdengar lirik yang seperti ini :
Oh here’s to my sweet Satan.
The one whose little path would make me sad, whose power is Satan.
He will give those with him 666.
There was a little tool shed where he made us suffer, sad Satan
Saya sendiri merasa penasaran,dan kemudian mencoba melakukan hal seperti yang diuraikan Paul Crouch itu.Saya tidak menggunakan piringan hitam tapi,pita kaset yang sengaja saya balik.Dan apa yang terjadi ? Lirik satanic  yang saya kutip diatas pun terdengar nyata.Saya merinding.Wow luar biasa,pakah betul saat penulisan lirik lagu itu Robert Plant disusupi pengaruh iblis ?
Lalu pada tanggal 9 bulan 9 tahun 99,saat saya masih menjadi penyiar radio M97FM Classic Rock Station,saya mencoba melakukan backward lagi untuk lagu “Stairway To Heaven” ini.Saya hanya ingin sharing kasus ini ke pendengar.Saya minta bantuan operator saat itu untuk memasukkan lagu Stairway To Heaven yang bersumber dari kaset ke komputer.Lalu komputer melakukan backward dengan memutar dari belakang,lalu kembali terdengar suara Robert Plant dengan pesan pesan satanicnya tadi.Saat itu banyak respon dari pendengar yang masuk perihal lagu Stairway To Heaven itu.
Dan disaat merayakan ulang tahun yang ke 40 dari lagu “Stairway To Heaven”,saya masih tetap tidak menemukan takwil kenapa lagu itu bisa memiliki pesan setan atau iblis.
Led Zeppelin sendiri mungkin sudah berpuluh puluh kali membantah keterkaitan iblis dalam lirik lagu Stairway To Heaven ini. Dalam majalah Musicians edisi tahun 1983 Robert Plant berkomentar seperti ini :” To me it’s very sad, because ‘Stairway to Heaven’ was written with every best intention, and as far as reversing tapes and putting messages on the end, that’s not my idea of making music.
Ya sudahlah.Musik rock memang selalu berselimut misteri………











Single promo vinyl Stairway To Heaven (1971)

Sumber: http://dennysakrie63.wordpress.com/2011/11/10/40-tahun-stairway-to-heaven-led-zeppelinsebuah-misteri-rock/

Indahnya Hidup di Zaman mereka!!!


Ngobrol Blues dengan mbah John Mayall


Bagi anak muda sekarang, nama John Mayall nyaris tak dikenal. Mereka justeru lebih mengenal John Mayer.Tapi di Indonesia,terutama ketika rezim orde baru mulai berkuasa, setiap anak muda merasa terkucilkan jika tak mengenal sosok John Mayall. Begitu populernya musik dan sosok John Mayall dimata anak muda Indonesia era akhir 60an hingga 70an hingga muncul istilah John Mayall High School.
  Istilah itu ditujukan untuk sekolah lanjutan atas yang mengizinkan muridnya memelihara rambut gondrong.
Karena ingin berambut gondrong dan bebas merokok, Supartono Suparto, atau lebih dikenal dengan panggilan Tono Bigman, akhirnya memutuskan bersekolah di Perguruan Taman Madya, SMA di Blok S, Jakarta Selatan pada tahun 1970. “Taman Madya lebih dikenal sebagai John Mayall High School karena muridnya berambut gondrong,” ungkap Tono (58), yang saat itu telah ngeband bersama grup Bigman Robinson.
John Mayall, pemusik blues Inggris, dengan rambut tergerai sepunggung, sedang ngetop-ngetopnya di Indonesia, terutama di Jakarta dan Bandung. Mayall  menjadi idola anak muda di kurun waktu akhir 1960-an hingga awal 1970-an.
 Di Bandung pun ada sekolah John Mayall. “Sekolah itu berada di Jalan Naripan. Murid-muridnya dibolehkan memelihara rambut gondrong,” ungkap Triawan Munaf (53) yang pernah mendukung sederet grup rock di Bandung seperti Lizzard,Tripod, Giant Step, dan Gang Of Harry Roesli. 

John Mayall yang kerap dipanggil Godfather of British Blues kini telah berusia 78 tahun akhirnya manggung juga di Jakarta 17 Desember 2011 dalam event “Jakarta Blues Festival 2011” di Istora Senayan Jakarta.Mayall masih tetap gondrong.Tapi rambutnya yang memutih dikuncir rapi.Semangatnya masih membara.Suaranya pun masih melengking,walau tak bisa dipungkiri Mayall kadang agak tersengal dan tertatih mendaki nada-nada yang agak tinggi.
Hampir 1,5 jam John Mayall tampil energik bersama Oli Brown (gitar elektrik),Greg Rzab (bass) dan Jay Davenport (drums).Lagu-lagu lama John Mayall yang mengharu biru anak muda Indonesia 60an dan 70an berkumandang seperti “All Your Love”,” “So Many Roads” ,”Parchman Farm”  hingga “Room to Move”.
John Mayall berhasil menghibur jemaah blues yang melakukan guyub di Istora Senayan.Sebagian jemaah John Mayall memang nyaris memutih pula rambutnya ,seperti halnya Mayall.
Jam 11.30 sabtu 17 desember 2011 saya tiba di Istora Senayan untuk melihat persiapan yang dilakukan John Mayall bersama The Bluesbreakers.Hampir 1,5 jam dihabiskan Mayall melakukan persiapan cek sound.
Tampaknya John Mayall sosok yang perfeksionis.Disela-sela preparing konsernya, saya sempat ngobrol ngobrol dengan John Mayall yang dilahirkan 29 November 1933.
Saat bertemu dengan John Mayall saya langsung menyodorkan piringan hitam saya John Mayall ,sebuah album kompilasi saat John Mayall masih didukung Eric Clapton,Peter Green,John McVie,Asley Dunbar dan Mick Taylor,untuk ditandatangani .Mayall terperangah lalu tersenyum.Dia lalu mengguratkan spidol hitam tepat di font namanya John Mayal pada kover album.

John Mayall  (JM) :”Ini album kompilasi era 1967 dan 1969”
Denny Sakrie (DS)  :”Bagaimana bisa merekrut musisi-musisi yang kemudian kelak menjadi ikon musik rock dunia  ?”
JM :”Well….saya hanya melihat kemampuan mereka bermain blues.Mereka berbakat Saya tertarik,lalu mengajak mereka bergabung ke band saya The Bluesbreakers”.
DS :Pemusik yang anda ajak di Bluesbreakers pada akhirnya dikenal lewat band-band terdepan seperti Cream,Blind Faith,Fleetwood Mac atau juga the Rolling Stones.Anda setuju jika saya menyebut anda sebagai seorang penemu bakat yang luar biasa ?
JM :Hmmm….saya lebih suka disebut sebagai band leader saja .
DS : Kenapa pilih musik blues ?
JM : Ayah saya memiliki banyak piringan hitam blues dan jazz.Saya suka beberapa diantaranya terutama yang memainkan gitar seperti Leadbelly,Eddie Lang atau Lonnie Johnson.Musik mereka itu membuat saya mampu menikmatinya berjam jam.
DS :Tapi anda juga terampil meniup harmonika kan ?
JM :Setelah mendengar album Sonny Boy Williamson,saya mulai tertarik bermain harmonika.Apalagi harmonika blues itu sangat ekspresif. Harmonika  bisa jadi representasi perasaan saat meniupnya.
DS : Kenapa anak muda Inggeris di era 60an sangat terpengaruh dengan blues ?
JM : Well…..boleh jadi karena blues itu lebih ke persoalan rasa dan ekspresi.Anak muda pasti selalu tertantang untuk berekspresi sebebas-bebasnya.Dan itu ada dalam musik blues.Blues itu kan akar dari segala musik yang ada.Jazz dari blues, begitu juga  rock berasal  dari blues.
DS : Masih tetap bikin album ?
JM : Yeah….album terakhir saya “Tough”, dirilis tahun 2009.Malam ini saya akan membawakan dua lagu dari album itu ,yaitu “ The Sum of Something” dan “Nothing To Do With Love
DS : Ada berapa album yang telah anda rilis ?
JM : Mungkin  hampir  sekitar 60 album.
DS : Apa album favorit anda ?
JM : Saya suka semua album yang pernah saya bikin.bagi saya album itu adalah representasi dari apa yang bisa saya lakukan,dalam musik tentunya.Mulai dari bikin lagu hingga liriknya.  Album adalah semacam catatan harian dari apa yang saya pernah lakukan.
DS : Tahukah anda bahwa di era 70an musik anda justeru   menjadi bagian dari kehidupan anak muda  Indonesia ?
JM : Oh really ? Iya saya dengar dari beberapa orang disini pun seperti itu.Tapi setahu saya pada era 70an yang namanya musik  blues memang menjadi elemen dari musik rock.Dan ini terjadi dimana-mana.

Sumber: http://dennysakrie63.wordpress.com/2011/12/19/ngobrol-blues-dengan-mbah-john-mayall/

My Sweet Lord


Sesuatu dari George Harrison


25 Februari 1969 George Harrison merayakan hari ulang tahunnya yang ke 26.Saat itu George tengah berada di studio rekaman Abbey Road Inggeris merekam lagu “Something” karyanya untuk sesi rekaman album “Abbey Road”.  Lagu “Something” yang menjadi masterpiece George Harrison saat bersama the Beatles ternyata menghabiskan sekitar 52 take yang terbagi dalam dua sesi rekaman.Pertama tanggal 26 Februari 1969,lalu sesi kedua pada 2 mei 1969.Finishing lagu “Something” berlangsung pada 15 Agustus 1969.Lagu yang diugosipkan dibuat untuk isterinya Pattie Boyd,ternyata meraih sukses luar biasa di seantero jagad.Belakangan, di tahun 1995 George Harrison membantah bahwa lagu “Something” merupakan persembahan khusus untuk Pattie Boyd.”Saya menulis lagu Something sebetulnya untuk menghormati Ray Charles” ungkap George Harrison.
Lagu “Something” adalah hit pertama The Beatles yang menyeruak dari dominasi pencipta utama lagu-lagu The Beatles Lennon McCartney.Banyak yang tak menduga bahwa penulis sekaligus penyanyi lagu tersebut adalah George Harrison.Dalam penampilannya di Las Vegas, Frank Sinatra yang menyanyikan lagu “Something”,memuji muji lagu romansa ini.”Inilah lagu asmara terbaik karya Lennon McCartney” ucapnya lugas.Frank tak mengetahui bahwa lagu Something sebetulnya adalah karya monumental George Harrison. Saking mencuatnya popularitas dwitunggal John Lennon dan Paul McCartney,pada akhirnya membuat banyak orang lupa bahwa dalam The Beatles masih ada dua contributor musik yang tak pantas dipandang sebelah mata yaitu George Harrison dan Ringo Starr. Karya karya George Harrison dalam the Beatles termasuk sangat diperhitungkan seperti “Here Comes The Sun”,”While My Guitar Gently Weeps”,”Piggies,”I ,Me,Mine”,”Don’t Bother Me”,”Taxman”,”Love You To”,”I Want To Tell You”,”Within You  Without You”,”Blue Jay Way”,”Long Long”,”Savoy Truffle”,”Only A Northern Song”,”It’s All Too Much”,”For You Blue”,”Old Brown Shoe” dan “The Inner Lght”.
Dalam catatan saya,George Harrison juga termasuk peletak dasar atau cetak biru jati diri musik the Beatles mulai dari era 1963 hingga 1969.Dalam karya karya awal The Beatles,George Harrison banyak menyelusupkan teknik permainan gitar ala Chet Atkins atau Carl Perkins yang bernaunsa country.Ini jugalah sebetulnya salah satu esensi bagaimana The Beatles mampu menundukkan skena musik di Amerika Serikat yang kerap disebut barometer musik dunia.
George Harrison banyak melakukan eksplorasi sekaligus eksperimentasi musik terutama dari departemen gitar dalam jenjang karya The Beatles.Mulai dari pemaksimlan gitar 12 dawai,sitar dan slide guitar.Saat melakukan petualangan musik dan spritualisme ke India pada paruh dasawarsa 60an,George mulai menggembangkan instrument India yang bernuansa trippy dan imajinatif.
Pada album “Rubber Soul” (The Beatles,1965) George Harrison mulai memetik sitar pada lagu “Norwegian Wood”.Termasuk menisik petikan sitar pada lagu “Love  You  To”
“Dalam album Revolver (The Beatles 1966) , George Harrison yang banyak menyerap musik India melalui pemusik India Ravi Shankar setelah diperkenalkan oleh David Crosby dari The Byrds , mulai menyelinapkan aroma musik India lewat penggunaan tabla hingga sitar.Puncaknya adalah ketika George Harrison menulis lagu “Within You Without You” pada album “Sgt.Pepper’s Lonely Heart’s Club Band” (1967).Album ini merupakan pencapaian puncak estetika bermusik dari The Beatles yang tak terbantahkan.Revolusi musik rock memang bermuasal dari album ini.Saat itu skena music global tengah berlumur psychedelick rock yang kental.Banyak band yang mulai menyanding instrument sitar dalam karya-karya psychedlick mereka.
Pengembangan sound gitar George Harrison pun mulai mencuat saat dia menggabungkan karakter melodi India yang diadaptasi dari sitar kemudian dimainkan pada dawai gitar elektrik dengan teknik slide. Sound gitar inilah yang kemudian menjadi signatural George Harrison dalam bermusik pasca The Beatles,yang dimulai dengan solo karir hingga membentuk The Travelling Wilburys pada akhir era 1980an bersama Bob Dylan,Roy Orbison,Tom Petty dan Jeff Lynne.
Karya pertama George Harrison yang diterbitkan The Beatles adalah “Don’t Bother Me” di tahun 1963 pada album “With The Beatles” serta “Meet The Beatles”.Karya karya George sebetulnya banyak,tapi Lennon McCartney tak menggubrisnya.
Di tahun 1969 disaat The Beatles tengah diambang perpecahan,Paul McCartney pernah berucap ke almarhum John Lennon :”Hingga tahun ini lagu-lagu kita masih lebih bagus dan unggul dibanding lagu-lagu George.Tapi kini lagu-lagu George agak lumayanlah.Setidaknya mulai mendekati lagu-lagu kita”.
Kebanyakan lagu lagu George dinyanyikan sendiri olehnya.Tapi toh ada juga George menyanyikan lagu The Beatles yang bukan karyanya semisal “Do You Want To Know A Secret”,”Chains”,  “Roll Over Beethoven”,”Devil In Her Heart”,”I’m Happu Just To Dance With You”,hingga ”Everybody’s Trying To Be My Baby”.
Sebelum The Beatles membubarkan diri pada tahun 1970,George sebetulnya telah merintis membuat dua album solo yaitu “Wonderwall Music” dan “Electronic Sound”.Keduanya merupakan karya musik yang tekstural.”Wonderwall Music” merupakan music score untuk film “Wonnderwall”.
Tepat The Beatles bubar,George Harrison merilis album debutnya “All Things Must Pass” yang berbentuk album triple.Tampaknya Harrison seperti orang yang tak terbendung lagi hasratnya untuk memuntahkan karya-karyanya yang selalu terganjal saat masih mendukung the Beatles.Sosok musikal George Harrison memang baru terlihat jelas disaat album yang didukung banyak pemusik seperti Eric Clapton,Billy Preston,Ringo Starr,Dave Mason,Gary Wright   ini dirilis .
Setahun berselang,George Harrison menggagas konser amal bertajuk “Concert For Bangladesh” (1971) dengan menggandeng mentor musiknya Ravi Shankar serta sederet kerabatnya seperti Ringo Starr,Bob Dylan,Leon Russel,Klaus Voorman dan banyak lagi.Konser yang berlangsung 1 Agustus 1971  di Madison Square Garden New York ini dihadiri sekitar 40 ribu penonton.Konser ini berhasil mengumpulkan pemasukan sekitar $ 243,418,50.
Dari tahun 1968 hingga tahun 2002 George Harrison telah merilis sekitar 15 album solo.   Di tahun 2001 George Harrison mengumumkan bahwa tubuhnya telah digerogoti kanker ganas.Pada tanggal 22 Juli 2001,kondisi George semakin memprihatinkan.Pada November 2001,diberitakan bahwa kesempatan hidup George Harrison tinggal sebulan.Tanggal 29 November 2001 George Harrison menghembuskan nafas terakhir di Hollywood Hills Los Angeles.Jenazahnya diperabukan di Hollywood Forever Cemetery,dan abunya disebarkan di Sungai Gangga dalam ritual agama Hindu.Seandainya George Harrison saat sekarang ini masih hidup, maka dia genap berusia 69 tahun.
Happy birthday, George !






















Sumber: http://dennysakrie63.wordpress.com/2012/02/27/sesuatu-dari-george-harrison/